Garzarelli et all (2014) mendefinisikan supports adalah harga minumum dimana nantinya harga akan memantul keatas, sedangkan resistence didefinisikan sebagai harga maximum dimana nantinya harga akan memantul kebawah. Bulkowski (2002) mendefinisikan support dan resistance adalah beberapa minor lows dan minor highs yang mendekati harga yang sama berulang kali. Lebih lanjut, Support dan resistance ini bukanlah suatu titik harga individu melainkan pita tebal yang menghentikan laju harga atau memperlambat pergerakan harga tersebut. Secara sederhana, Supports resistence ini dapat dianalogikan sebagai lantai dan plafon (Ong, 2017). Bola akan memantul ke atas bila membentur lantai (support) dan akan memantul ke bawah bila menyentuh plafon (resistence).
Figure 1
Source : Ultimatestockalerts.com
Dari sudut pandang supply and demand, pantulan support dimungkinkan karena adanya daya beli yang melampaui daya jual pasar dan pantulan resistance disebabkan daya jual yang lebih kuat dari daya beli (Murphy, 1986). Namun dari sudut padang psikologi, support dan resistence ini merupakan perlambang dari "trader's remorse" (Achilles, 1995). Bila harga terkoreksi dan berbalik arah maka orang yang membeli akan menyesal karena tidak membeli lebih banyak sehingga orang akan mengambil ancang-ancang siap membeli bila market memberikan "kesempatan kedua". Hal tersebut juga berlaku pada resistence, dimana saat bulls yang diliputi perasaan fears dan bears yang diliputi rasa greed, banyak orang akan ancang-ancang menjual pada "kesempatan kedua" (Ong, 2017), contohnya pada figure 2. Pada tanggal 25 akan muncul beberapa keputusan seperti jual pada harga 300, beli lagi karena akan naik ataupun hold. Ketika berada diangka 340 mungkin ada beberapa yang melihat data historis dan menyadari bahwa angka tertinggi sebelumnya berada di angka 340. Disitulah muncul fear bahwa harga akan turun sehingga menjual di harga 340. Jika banyak yang menjual karena fear dan ada yang membeli di harga yang turun tersebut, terbentuklah tembok resistence pada harga sekitar 340.
Figure 2
Source : FIlbert (2016)
Semakin kuat fear and greed tersebut maka akan semakin kuat level support dan resistance yang terbentuk. Semakin sering level tersebut tersentuh maka level support dan resistance akan semakin teruji dan semakin kuat. Namun, pada suatu kondisi support dan resistence ini bisa tertembus. Kondisi ketika harga psar melewati batas atas dan bawah dinamakan breakout. Breakout dikatakan valid bila harga penutupan berada diluar garis support atau resistance. Pada fase breakout ini ada kemungkinan resistance akan menjadi support baru atau sebaliknya. Salah satu cara menguji apakah resistance atau support berubah setelah breakout adalah dengan adanya "pullback" (Ong, 2017).
Figure 3
Source : skillplus.web.id
Pada praktiknya, Wijaya (2002) menjelaskan ada enam cara untuk menentukan support dan resistance yaitu:
Support/Resistance Manual
Support/Resistance Hitungan (Pivot Point)
Support/Resistance Fibonacci
Upward/Downward Sloppong Support/Resistance Line
Window Dressing as Support/Resistance
Support/Resistance Day Trade
Support/Resistance Manual
Merupakan penentuan support/resistance dengan menarik garis horizontal pada titik dan terendah pergerakan harga saham.
Figure 4
Source: Wijaya (2002)
Pivot Point
Metode penentuan Support dan Resistance dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
R1 = (P*2) - L
S1 = (P*2) - H
R2 = P + (R1 - S1) atau R2 = P + (H - L)
S2 = P - (R1 - S1) atau P - (H - L)
R3 = H + 2*(H - L)
S3 = L - 2*(H - P)
P = (H + L + C)/3
Keterangan:
R = Resistence
S = Support
P = Pivot
O = Open
H = High
L = Low
C = Close
Nilai-nilai yang dimasukkan adalah nilai dari harga sebelumnya. Misalnya, pivot point besok maka menggunakan harga hari ini atau pivot point bulan depan menggunakan harga bulan ini. Apabila pada keesokan harinya dibuka diatas pivot hingga R1 maka dikatakan market kuat dan kemungkinan akan melanjutkan kenaikan bila trend sedang naik. Kemungkinan reversal bila market sedang turun, juga berlaku sebaliknya bila di bawah pivot hingga S1.
Apabila sudah dibuka diatas R1 menuju R2 dan seterusnya, dalam keadaan trend naik, maka harga dikatakan terlalu mahal dan kemungkinan akan mengalami koreksi terlebih dahulu untuk bisa melanjutkan kenaikan. Dalam keadaan trend turun menjadi sebuah awal reversal yang memerlukan konfirmasi lebih lanjut dan berlaku sebaliknya untuk harga dibuka di bawah pivot.
Fibonacci Retracement
Retracement merupakan istilah yang digunakan pada dunia saham untuk menggambarkan penurunan suatu nilai harga saham dari puncak tertinggi ke dasar setelahnya. Dalam Dow theory, percentage yang digunakan adalah 33%, 50% dan 66%. Alternatif percentage lain disampaikan William Debert Gann (1878-1955) dengan membagi menjadi 8 bagian yaitu 1/8, 2/8, 4/8, 5/8, 6/8, 7/8 dan 8/8 dengan penekanan pada 3/8, 4/8 dan 5/8. Namun percentage yang paling lazim digunakan adalah 38,2%, 50% dan 61,8% yang menggambarkan fibonacci (Ong, 2017)
Figure 5
Source: Wijaya (2002)
Wijaya (2002) menjelaskan, hal pertama yang perlu dilakukan untuk membuat fibonacci retracement adalah menentukan titik tertinggi dan terendah. Kemudian, dari range tersebut ditentukan garis horizontal fibonacci 0%, 23,6%, 38,2%, 50%, 61,8%, 100% dengan tiga angka penekanan 38,2%, 50% dan 61,8%.
Setiap persen mengandung suatu artian tersendiri. Pada garis 23% menjadi suatu garis yang mendandakan suatu konfirmasi apakah saat harga berada di titik tersebut akan menjadi awal koreksi atau awal kenaikan. Pada garis 38% yang merupakan area tengah antara 50% dan 23% dimana ketika harga bergerak antara 23% dan 38% akan terjadi suatu indikasi reversal dan bila terjadi pada area 38% dan 50% merupakan pertanda keadaan tersebut menjadi suatu indikasi continous. Level 50% merupakan level psikologis apakah akan menguat atau malah terus melemah. Bila level 50% dapat ditembus maka akan ditemukan garis support atau resistence kuat di 61%. Dalam keadaan yang cukup stabil, koreksi dan kenaikan hingga 61% garis fibonancii merupakan indikasi market akan berbalik arah. Bila level 61% terlalui level konfirmasi 78% menjadi suatu konfirmasi break atas penurunan maupaun kenaikan yang bila dilalui akan menuju garis 100% yang biasanya akan cenderung membentuk suatu nilai tertinggi atau nilai terendah baru.
Upward/Downward Slopping Support/Resistance Line
Merupakan metode pembentukan garis support/resistence dengan membentuk slopping. Slopping dibuat dengan menghubungkan dua titik harga tertinggi dan dua titik harga terendah.
Figure 6
Source: Wijaya (2002)
Window Dressing as Support/Resistance
Window dressing yang dimaksud disini adalah gap. Ong (2017) menjelaskan gap merupakan celah kosong yang terjadi karena tidak ada transaksi pada level harga tersebut. Sebuah gap yang terjadi pada masa sebelumnya akan menjadi sebuah target yang akan menjadi tujuan untuk ditutup pada masa yang akan datang (closing gap).
Figure 6
Source: Wijaya (2002)
Support/Resistance Day Trade
Meupakan kalkulasi bid dan offer yang membentuk support resistance pada trading harian.
Source: Wijaya (2002)
References
Achelis, S. B. 1995. Technical Analysis from A to Z. Chicago: Probus Publishing.
Bulkowski, T. N. 2002. Trading Classic Chart Patterns. New Jersey:John Wiley and Sons, Inc.
Wijaya, Ryan Filbert. 2002. Investasi Saham ala Swin Trader Dunia. Jakarta: Kompas Gramedia.
Filbert, Ryan. 2016. Trading vs Investing. Jakarta: Kompas Gramedia.
Diskartes, Andhika. 2019. Take Profit. Jakarta : Kompas Gramedia.
Garzarelli, Federico et al. 2014. Memory effects in stock price dynamics: evidences of technical trading. Sci Rep. 2014; 4: 4487.
Ong, Edianto. 2017. Technical Analysis for Mega Profit. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Murphy, J. 1986. Technical Analysis of the Future Markets: A Comprehensive Guide to Trading Methods and Applications. New York: Prentice Hall.
Zapranis, Achilleas et all. 2012. Identifying and evaluating horizontal support and resistance levels: an empirical study on US stock markets. London: Routlege Taylor and Francis Group.
https://www.ultimatestockalerts.com/the-secrets-of-support-and-resistance-explained-when-trading-penny-stocks/
Comments