Image Source: 3dprintuae.com
Sitting duck
noun [ C ] someone or something that is very easy for an enemy to shoot or attack
- Cambridge dictionary-
Istilah "Angkatan Corona" sering digunakan untuk menyebut investor yang mulai masuk saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada tahun 2020. Pada tahun tersebut, terdapat kenaikan signifikan investor pasar modal sebesar 56,21% dan kenaikan investor saham sebesar 53,47%. Kenaikan investor saham secara signifikan didominasi oleh kaum milenial dengan rentang usia 18-30 tahun yang mencapai 411.480 SID atau 70% dari total investor baru tahun 2020.
BEI sebagaimana dikutip dalam CNBC (9/2/21), beberapa rekor dipecahkan pada tahun 2020 diantaranya adalah rekor rata-rata investor harian sebanyak 94.705, rekor penambahan investor baru saham sebanyak 590.658, rekor penambahan investor pasar modal sebanyak 1.396.399, rekor jumlh kegiatan edukasi sebanyak 8.997, rekor jumlah peserta kegiatan eduakasi sebanyak 1.327.530 dan rekor rata-rata investor aktif bulanan sebanyak 8.997.
Figure 1 Grafik Investor Pasar Modal
Source: ksei.com
Kenaikan yang signifikan tersebut bukan tanpa alasan. Harga yang murah akibat Covid-19, stimulus pemerintah yang menyebabkan trend bullish setelah kejatuhan harga saham ditambah lagi kebijakan auto reject bawah sebesar 7%, menyebabkan banyak spekulan terutama kaum milenial yang ingin mencicipi cuan instan dari investasi saham. Kenaikan investor milenial tentu sangat baik dan tidak salah. Yang menjadi salah adalah minimnya pengetahuan investor terutama kaum milenial sehingga banyak yang membeli saham karena ikut-ikutan dan buru-buru melakukan investasi karena fenomena FOMO (Fear of Missing Out).
Tak jarang banyak yang menjadi sitting ducks yaitu sasaran empuk yang dimangsa oleh pasar ataupun menjadi walking lambs yang mampu membedakan risiko namun, sayangnya, tetap dimangsa pasar. Bagi investor yang terus belajar, walking lamb berevolusi menjadi running pigs yang bisa berlari dengan kencang dan level terakhir investor yang tangguh adalah hunting fox, sang pemburu handal.
Sitting Ducks
Dalam istilah asing, sitting duck berarti sasaran empuk. Investor pemula seringkali berpikir "saham mana yang paling menguntungkan?", "saham mana yang pasti untung?" , "kata influencer A, saham ini bakal untung", "kata rekan saya, saham ini akan untung berkali-kali lipat" dan seterusnya. Investor pada level ini adalah investor yang mau untung saja dan mau kaya mendadak. Pengetahuan terkait risiko dan kondisi mental masih sangat kurang.
Figure 2 The Cycle of Market Emotion
Source: Neiinvestment.com
Investor (khususnya investor jangka pendek/trader) pemula seringkali terjebak dan menjadi sasaran empuk saat fase "Thrill" atau "Euphoria", saat dimana semua terasa sangat baik. Saat dimana sentimen terasa sangat positif dan harga saham pun meningkat. Namun justru karena itulah, investor pemula disebut sebagai "the sitting ducks". Ketika harga naik pada fase itu, seringkali investor/trader berpikir betapa cerdasnya mereka karena dapat memperoleh keuntungan yang besar dalam waktu yang singkat. Investor/trader pun membeli dalam jumlah banyak karena berencana untuk menjualnya kembali pada harga yang lebih tinggi atau bahkan mereka menganggap bahwa harga akan menjadi lebih tinggi dan semakin tinggi sehingga mereka akan terus menerus hold atau bahkan terus membeli saham.
Kondisi diatas akan semakin dramatis pada saham "gorengan". "The sitting ducks" akan dipermaikan bandar sampai bandar tersebut melakukan take profit atau distribusi. Akibatnya, saham yang sebenarnya memiliki valuasi rendah akan jatuh karena supply market terlalu tinggi. Pada tahap itu muncul fase yang dinamakan fase kecemasan (anxienty). Cemas apakah harga akan terus turun atau rebound.
Setelah anxienty akan muncul fase penolakan (denial), fase yang menolak kesalahan diri sendiri. Fase denial membuat investor/trader tidak melakukan cut loss dan tetap hold saham yang mereka punya. Apakah hold saham adalah hal yang salah? Tentu tidak. Banyak investor jangka panjang yang ketika rugi tetap melakukan hold atas saham yang dimiliki karena mereka memiliki analisa prospek di masa depan dan trading plan yang baik. Namun masalahnya, investor/trader yang menjadi "the sitting ducks" tidak terlalu mengenal saham mereka. Saham hanya dibeli karena ada euphoria. Pada fase ini, banyak saham yang disebut sebagai saham "nyangkut". Saham yang dibeli saat berada di pucuk dan tidak tau bagaimana caranya cut loss. Dan sekali lagi akan lebih dramatis bila saham itu "digoreng". Fase kemudian berlanjut ke fase fear, deseperation dan panic. Umumnya, mereka akhirnya menjual pada fase-fase tersebut. Fase dengan kerugian yang cukup besar.
Be fearful when others greedy, be greedy when others fearful
- Warren Buffet
Walking Lambs
Pada level ini, investor/trader sudah bisa membedakan risiko investasi. Seperti seekor domba yang bebas berjalan, dia tau mana tempat yang berbahaya dan mana tempat yang aman. Dia tau investasi mana yang aman, investasi mana yang tidak aman. Namun masalahnya, ada ratusan saham yang beredar di pasar saham dan tidak semua saham bagus untuk diinvestasikan jangka panjang. Membeli saham yang murah kemudian menjual saham pada harga mahal merupakan mindset para trader namun bukan tidak semua saham murah itu bagus untuk diinvestasikan. Pada level ini seringkali investor/trader masih belum bisa melakukan analisa yang medalam dan memilih saham yang tepat. Oleh karena itu, mengetahui risiko dasar saja tidak cukup. Risiko tidak hanya terdapat pada investasinya namun bisa juga terdapat pada pasar dan bila tidak berhati-hati akan dimangsa oleh pasar yang merupakan serigala pada investasi pasar modal.
Running Pig
Pada level ini ilmu telah diupgrade dengan baik, mental telah terlatih, lebih matang dan bisa melakukan analisis mandiri. Investor/trader pun mulai merasakan keuntungan dengan ilmu dan trading plan yang telah dimilikinya. Dengan analisa yang baik, investor/trader dapat memilih saham yang murah (bukan murahan) sehingga pada waktunya saham naik sesuai ekspektasi. Namun masalahnya, babi memang dapat berlari dengan kencang namun babi sangat buruk dalam berbelok atau melakukan manuver. Permasalahan pada level ini adalah greed (keserakahan) dan tidak disiplin. Entry strategy memang sangat baik namun exit strategy tidak kalah pentingnya.
Hunting Fox
Rubah merupakan hewan yang sangat ahli dalam berburu. Dengan sabar dia menanti saat mangsanya lengah. Selain itu, rubah sangat lihai berburu dalam situasi yang berbahaya sekalipun. Selain teknik maupun strategi yang baik, investor/trader pada level ini memiliki disiplin yang tinggi. Mampu untuk bersabar, menahan diri dan memiliki decisiveness. Merekalah yang dapat berinvestasi dengan baik, trader yang menghasilkan keuntungan stabil dan berkembang.
References:
Filbert, Ryan. 2016. Trading vs Investing. Jakarta: Kompas Gramedia.
ksei.com
Neiinvestment.com
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210119134632-17-217127/dear-investor-angkatan-covid-19-bursa-saham-bukan-meja-judi
https://www.cnbcindonesia.com/market/20210209170659-20-222235/amazing-70-investor-angkatan-corona-adalah-milenial
Comentarios